JAMAK TAKSIR
(جمع
تكثير)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Arab
dapat diartikan sebagai bahasa yang mula-mula berasal, tumbuh dan berkembang di
negara-negara Arab kawasan Timur Tengah. Dari satu segi bahasa Arab memang
merupakan bahasa agama, bahasa persatuan bagi umat Islam di seluruh dunia.
Dengan bahasa inilah Al-Qur’an kitab suci umat Islam diturunkan, dan dengannya
pula Nabi Muhammad SAW melaksanakan tugas risalahnya kepada umat manusia. Akan
tetapi perkembangan selanjutnya telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
internasional seperti halnya bahasa Inggris. Di samping untuk keperluan agama,
bahasa Arab juga dapat dipakai sebagai media komunikasi biasa dalam pergaulan
bangsa-bangsa di dunia.
Dalam
mempelajari bahasa Arab kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
kaidah-kaidah bahasa Arab serta pola dasar bahasa Arab. Salah satu pembahasan
dalam kaidah bahasa Arab adalah tentang perubahan bentuk kata. Kata dalam bahasa
Arab disebut kalimah, yang terbagi
menjadi 3, yaitu isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata perangkai). Isim ditinjau dari jumlah bendanya dibagi menjadi 3, yaitu isim mufrod, isim mutsanna, dan isim
jamak. Dalam makalah ini akan dibahas tentang isim jamak, khususnya jamak
taksir.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian jamak taksir?
2.
Bagaimana
ketentuan-ketentuan dalam jamak taksir?
3.
Bagaimana
contoh dan implementasinya dalam kalimat sempurna?
C.
Urgensi Pembahasan
Urgensi
pembahasan mengenai jamak taksir adalah untuk mengetahui bahwa tidak semua
bentuk jamak memiliki pola beraturan seperti halnya bentuk jamak mudzakkar salim
dan mu’annats salim. Jamak taksir dari suatu kata benda sangat banyak dan
biasanya memberi cukup banyak kesulitan untuk mempelajarinya. Oleh karena itu
kita harus mengetahui ketentuan yang berlaku dalam jamak taksir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jamak Taksir
Ada dua macam bentuk jamak dalam bahasa Arab, yaitu jamak beraturan
dan jamak tidak beraturan (taksir). Jamak beraturan dibentuk dengan menambahkan
akhiran ﻦ و pada kata benda mudzakkar dan menambah akhiran ٺ ٲ pada kata benda mu’annats. Sedangkan, Jamak Taksir adalah lafadz
yang menunjukkan arti lebih dari dua serta berubah dari bentuk
Mufradnya. Namun, ada beberapa lafadz jamak taksir yang tidak berubah dari
bentuk mufrodnya. Jamak Taksir merupakan bentuk jamak yang banyak dipakai, baik untuk
yang berakal maupun tidak berakal, baik mudzakar maupun mu’annats. Kebanyakan bentuk
jamak taksir adalah sima’i (irregular).
B.
Ketentuan Jamak Taksir
1. Dengan perubahan kata, seperti:
كَلْبٌ (mufrod/tunggal) → كِلاََبٌ (jamak);
بَيْتٌ (mufrod/tunggal)
→
بُيُوْتٌ (jamak).
2. Dengan penambahan kata dan penambahan
akhiran, seperti:
فَارِسٌ
(pengendara-tunggal)
→نٌ فُرْسَا (jamak);
وَزِيْرٌ (menteri-tunggal)
→ وُزَرَاءُ
3. Dengan perubahan kata dan penambahan
awalan, seperti:
وَلَدٌ (anak-tunggal) → اَوْلاَدٌ (jamak)
4. Dengan perubahan kata dan penambahan
akhiran serta awalan, seperti
سُؤَالٌ
(pertanyaan-tunggal) → اَسْئِلَةٌ (jamak)
v Beberapa kata benda memiliki dua atau
lebih bentuk jamak tak beraturan, misalnya
بَحْرٌ (laut-tunggal) →
بُحُوْرٌ اَبْحَارٌ,
اَبْحُرٌ, بِحَارٌ,(jamak).
v Beberapa kata benda mempunyai bentuk
jamak beraturan dan juga bentuk jamak tak beraturan. Misalnya اِبْنٌ (anak-tunggal)
→ اَبْنَاءٌ dan بُنُوْنٌ(jamak).
v Ada pula isim yang bentuk jamaknya sama
dengan bentuk mufrodnya, misalnya:
طَمَاطِمٌ
(tomat)
بِسِلَّةٌ (buncis)
فَرَاوِلَةٌ (strawberi)
كُوْسَةٌ (terong)
ذُرَةٌ
(jagung)
خُبْزٌ (roti)
مَكْرُوْنَةٌ (mie)
v Jamak taksir merupakan jamak yang tidak beraturan,
namun bukan berarti tidak mempunyai pola. Pola-pola dalam jamak taksir antara
lain:
a) اَفْعَالٌ seperti:
قَلَمٌ (pulpen) → اَقْلاَمٌ (pulpen-pulpen)
عُضُوٌ (anggota) → اَعْضَاءٌ (para anggota)
رُكْنٌ (rukun) → اَرْكَانٌ (rukun-rukun)
عَمَل (pekerjaan) → اَعْمَالٌ (pekerjaan-pekerjaan)
مَالٌ (harta) → اَمْوَالٌ (harta-harta)
b) فُعُلٌ seperti:
كِتَابٌ (buku) → كُتُبٌ (buku-buku)
رَسُوْلٌ (utusan) → رُسُلٌ (utusan-utusan)
جَزِيْرَةٌ (pulau) → جُزُرٌ (pulau-pulau)
c) فِعَالٌ seperti:
كَبْسٌ (biri-biri) → كِبَاسٌ (biri-biri)
ذِئْبٌ (serigala) → ذِئَابٌ (serigala-serigala)
d) فُعَّالٌ seperti:
سَاكِنٌ (penduduk) → سُكَّانٌ (para penduduk)
رَاكِبٌ (penumpang) → رُكَّابٌ (para penumpang)
e) فُعُوْلٌ seperti:
دَرْسٌ (pelajaran) → دُرُوْسٌ (pelajaran-pelajaran)
بَيْتٌ (rumah) → بُيُوْتٌ (rumah-rumah)
جُذْرٌ (akar) → جُذُوْرٌ (akar-akar)
بِذْرَةٌ (benih) → بُذُوْرٌ (benih-benih)
Contoh-contoh
lain:
معنى
|
جمع
|
مفرد
|
رقم
|
Sepatِu-sepatu
|
اَحْذِيَاءٌ
|
حِذَاءٌ
|
١
|
Rumput-rumput
|
اَعْشَابٌ
|
عُشْبٌ
|
٢
|
Teman-teman
|
اَصْدِقَاءٌ
|
صَدِيْقٌ
|
٣
|
Nabi-nabi
|
اَنْبِيَِاءٌ
|
نَبِيٌّ
|
٤
|
Kemeja-kemeja
|
قُمْصَانٌ
|
قَمِيْصٌ
|
٥
|
Kisah-kisah
|
قِصَصٌ
|
قِصَّةٌ
|
٦
|
Makanan-makanan
|
اَطْعِمَةٌ
|
طَعَامٌ
|
٧
|
Kaset-kaset
|
اَشْرِطَةٌ
|
شَرِيْطٌ
|
٨
|
Lampu-lampu
|
مَصَابِحٌ
|
مِصْبَحٌ
|
٩
|
Acara-acara
|
بَرَامِجٌ
|
بَرْنَامَجٌ
|
١٠
|
Katak-katak
|
ضَفَادِعٌ
|
ضِفْدَعٌ
|
١١
|
Perahu-perahu
|
قَوَارِبٌ
|
قَارِبٌ
|
١٢
|
Angsa-angsa
|
وَزٌّ / اِوَزٌ
|
وَزَّةٌ
|
١٣
|
Bebek-bebek
|
بَطٌّ / بِطَةٌ
|
بَطَّةٌ
|
١٤
|
Apel-apel
|
تُفَّاحٌ
|
تُفَّاحَةٌ
|
١٥
|
Sawi-sawi
|
خَسٌ
|
خَسَّةٌ
|
١٦
|
Kemah-kemah
|
خِيَامٌ
|
خَيْمَةٌ
|
١٧
|
Rem-rem
|
فَرْمَلٌ
|
فَرْمَلَةٌ
|
١٨
|
Tas-tas
|
حَقَائِبٌ
|
حَقِيْبَةٌ
|
١٩
|
Pajak-pajak
|
ضَرَائِبٌ
|
ضَرِيْبَةٌ
|
٢٠
|
Hakim-hakim
|
قُضَاةٌ
|
قَاضٍ / قَاضِيْ
|
٢١
|
Murid-murid
|
طُلاَّبٌ
|
طَالِبٌ
|
٢٢
|
Sumur-sumur
|
آبَارٌ
|
بِئْرٌ
|
٢٣
|
Tikus-tikus
|
فَأْرٌ
|
فِيْرَانٌ
|
٢٤
|
Ulat-ulat
|
دُوْدٌ / دِيْدَانٌ
|
دُوْدَةٌ
|
٢٥
|
C. Implementasi dalam Kalimat Sempurna
هُنَاكَ
بُيُوْتٌ كَبِيْرَةٌ
(Di
sana ada rumah-rumah yang besar)
ذَهَبَتْ
فَاطِمَةُ اِلَى السُوْقِ وَاِشْتَرَتْ طَمَاطِمٌ كَثِيْرَةٌ
(Fatimah telah
pergi ke pasar dan telah membeli banyak tomat)
عِنْدِيْ
تِسْعَةُ اَقْلاَمٍ وَ خَمْسَةُ كُتُبٍ
(Saya mempunyai 9
pulpen dan 5 buku)
اَرْسَلَ
اللهُ الرُسُلَ, مِنْهُمْ مُحَمَّدٌ ص.م
(Allah
mengutus para rasul, di antaranya adalah Muhammad SAW)
مَرَرْةُ
بِذِئَابٍ فِى التِلْفِزِيُوْنِ
(Saya telah melihat
serigala-serigala di televisi)
نَزَلَ
الرُكَّابُ فِى المَحَطَّةُ القِطَارِ
(Para penumpang
telah turun di stasiun)
عُمَرَ
يُرَاجِعُ دُرُوْسَهُ فِى بَيْتِهِ
(Umar mengulang
pelajaran-pelajarannya di rumahnya)
BAB
III
PENUTUP
Tidak
semua bentuk isim jamak dalam Bahasa Arab memiliki wazan (pola) yang beraturan.
Jamak taksir adalah jamak yang polanya tidak beraturan. Jamak taksir adalah
bentuk isim jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya (tunggalnya). Namun, ada
beberapa bentuk jamak taksir yang tidak berubah dari bentuk mufrodnya. Jamak
taksir memiliki banyak sekali pola yang sangat beragam. Antara lain yaitu : اَفْعَالٌ , فُعُلٌ , فِعَالٌ , فُعَّالٌ , فُعُوْلٌ .
Karena polanya tidak beraturan, maka untuk mempelajarinya harus dengan
menghafal atau pembiasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2008. Dasar
- Dasar Penguasaan Bahasa Arab. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Bawani, Imam. 1987. Tata
Bahasa Arab. Surabaya : Al Ikhlas.
Kapliwatzky, Jochanan.
1986. Pelajaran Bahasa Arab untuk Orang Non Arab ( Bahasa dan Tata
Bahasa Arab ) Seri Terjemahan Arabic Language and Grammar,
penerjemah Rahman Partosentono, dkk. Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Depag RI.
Pasmin, dkk. Risalah
Bahasa Arab untuk MTs kelas 9. Surakarta : CV Alfadinar.
Team Forum Bina PAI. Hikmah
Lancar Berbahasa Arab kelas X. Sragen : Akik Pusaka.
Buku Panduan Bahasa
Arab Pusat Bahasa dan Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun Ajaran
2010/2011.
Buku Panduan Bahasa
Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( Kitabu al Tilmidz Jilid 2 ).